Sabtu, 14 April 2018


PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER, TERSIER KLIEN PASIEAN HIV/AIDS


NAMA : WIDIA AINUNNISA
NIM : 161101096

DOSEN PEMBIMBING : FAHRUDDIN KURDI, S.Kep, Ns, M.Kep

Pada dasarnya upaya pencegahan AIDS dapat dilakukan oleh semua pihak asal mengetahui cara-cara penyebaran AIDS. Terdapat 3 cara pencegahan HIV AIDS yaitu :
1.      Pencegahan primer
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya agar orang sehat tetap sehat atau mencegah orang sehat menjadi sakit. Pencegahan primer merupakan hal yang paling penting, terutama dalam merubah perilaku. Pencegahan primer mengutamakan pada penguatan flexible lines of defense dengan cara mencegah stress dan mengurangi faktor-faktor resiko. Intervensi dilakukan jika resiko atau masalah sudah diidentifikasi tapi sebelum reaksi terjadi.
Langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran virus HIV yaitu ada 3 pla :
a.       Melalui hubungan seksual.
HIV dapat menyebar melalui hubungan seks pria ke wanita, wanita ke pria maupun pria ke pria. Hubungan melalui seks ini dapat tertular melalui cairan tubuh penderita HIV yakni cairan mani, cairan vagina dan darah.
Upaya pencegahannya adalah dengan cara, tidak melakukan hubungan seksual bagi orang yang belum menikah, dan melakukan hubungan seks hanya dengan satu pasangan saja yang setia dan tidak terinfeksi HIV atau tidak berganti-ganti pasangan. Juga mengurangi jumlah pasangan seks sesedikit mungkin. Hindari hubungan seksual dengan kelompok resiko tinggi menular AIDS serta menggunakan kondom pada saat melakukan hubungan seksual dengan kelompok risiko tinggi tertular AIDS dan pengidap HIV.
b.      Melalui darah.
Penularan AIDS melalui darah terjadi dengan cara transfusi yang mengandung HIV, penggunaan jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tato, tindik) bekas digunakan orang yang mengidap HIV tanpa disterilkan dengan baik. Juga penggunaan pisau cukur, gunting kuku, atau sikat gigi bekas pakai orang yang mengidap virus HIV.
Upaya pencegahannya dengan cara, darah yang digunakan untuk transfusi diusahakan terbebas dari HIV dengan memeriksa darah donor. Pencegahan penyebaran melalui darah dan donor darah dilakukan dengan skrining adanya antibodi HIV, demikian pula semua organ yang akan didonorkan, serta menghindari transfusi, suntikan, jahitan dan tindakan invasif lainnya yang kurang perlu. Upaya lainnya adalah mensterilisasikan alat-alat (jarum suntik, maupun alat tusuk lainnya) yang telah digunakan, serta mensterilisasikan alat-alat yang tercemar oleh cairan tubuh penderita AIDS. Kelompok penyalahgunaan narkotika harus menghentikan kebiasaan penyuntikan obat ke dalam badannya serta menghentikan kebiasaan menggunakan jarum suntik bersamaan. Gunakan jarum suntik sekali pakai (disposable).
c.       Melalui ibu yang terinfeksi HIV kepada bayinya.
Penularan dapat terjadi pada waktu bayi masih berada dalam kandungan, pada waktu persalinan dan sesudah bayi dilahirkan serta pada saat menyusui. ASI juga dapat menularkan HIV, tetapi bila wanita sudah terinfeksi pada saat mengandung maka ada kemungkinan bayi yang dilahirkan sudah terinfeksi HIV. Maka dianjurkan agar seorang ibu tetap menyusui anaknya sekalipun HIV.
Bayi yang tidak diberikan ASI berisiko lebih besar tertular penyakit lain atau menjadi kurang gizi. Bila ibu yang menderita HIV tersebut mendapat pengobatan selama hamil maka dapat mengurangi penularan kepada bayinya sebesar 2/3 daripada yang tidak mendapat pengobatan.
WHO merencanakan empat strategi untuk mencegah penularan vertikal dari ibu kepada anak yaitu dengan cara mencegah jangan sampai wanita terinfeksi HIV/AIDS, apabila sudah terinfeksi HIV/AIDS mengusahakan supaya tidak terjadi kehamilan, bila sudah hamil dilakukan pencegahan supaya tidak menular dari ibu kepada bayinya dan bila sudah terinfeksi diberikan dukungan serta perawatan bagi ODHA dan keluarganya.
2.      Pencegahan sekunder.
Pencegahan sekunder mengutamakan pada penguatan internal lines of resistance, mengurangi reaksi dan meningkatkan faktor-faktor resisten sehingga melindungi struktur dasar melalui tindakan-tindakan yang tepat sesuai gejala. Langkah-langkah yang dilakukan untuk  pencegahan sekunder yaitu :
a.       Pengobatan suportif yaitu pengobatan untuk meningkatkan keadaan umum penderita. Pengobatan ini terdiri dari pemberian gizi yang baik, obat simptomatik dan pemberian vitamin.
b.      Pengobatan infeksi opurtunistik merupakan pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker yang menyertai infeksi HIV/AIDS. 28 Jenis-jenis mikroba yang menimbulkan infeksi sekunder adalah protozoa (Pneumocystis carinii, Toxoplasma, dan Cryptotosporidium), jamur (Kandidiasis), virus (Herpes, cytomegalovirus/CMV, Papovirus) dan bakteri (Mycobacterium TBC, Mycobacterium ovium intra cellular, Streptococcus, dll). Penanganan terhadap infeksi opurtunistik ini disesuaikan dengan jenis mikroorganisme penyebabnya dan diberikan terus-menerus.
c.       Pengobatan antiretroviral (ARV), ARV bekerja langsung menghambat enzim reverse transcriptase atau menghambat kinerja enzim protease. Pengobatan ARV terbukti bermanfaat memperbaiki kualitas hidup, menjadikan infeksi opurtunistik Universitas Sumatera Utara menjadi jarang dan lebih mudah diatasi sehingga menekan morbiditas dan mortalitas dini, tetapi ARV belum dapat menyembuhkan pasien HIV/AIDS ataupun membunuh HIV.
3.      Pengobatan tersier.
Pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem klien secara optimal. Pencegahan tersier cenderung untuk kembali pada pencegahan primer. Pencegahan tersier yaitu memberi dukungan berupa dukungan psikososial agar penderita dapat melakukan aktivitas seperti semula/seoptimal mungkin. Misalnya :
a.       Memperbolehkannya untuk membicarakan hal-hal tertentu dan mengungkapkan perasaannya.
b.      Membangkitkan harga dirinya dengan melihat keberhasilan hidupnya atau mengenang masa lalu yang indah.
c.       Menerima perasaan marah, sedih, atau emosi dan reaksi lainnya.
d.      Mengajarkan pada keluarga untuk mengambil hikmah, dapat mengendalikan diri dan tidak menyalahkan diri atau orang lain.
e.       Selain itu perlu diberikan perawatan paliatif (bagi pasien yang tidak dapat disembuhkan atau sedang dalam tahap terminal) yang mencakup, pemberian kenyamanan (seperti relaksasi dan distraksi, menjaga pasien tetap bersih dan kering, memberi toleransi maksimal terhadap permintaan pasien atau keluarga), pengelolaan nyeri (bisa dilakukan dengan teknik relaksasi, pemijatan, distraksi, meditasi, maupun pengobatan antinyeri), persiapan menjelang kematian meliputi penjelasan yang memadai tentang keadaan penderita, dan bantuan mempersiapkan pemakaman.

Upaya penanggulangan penyakit HIV/AIDS dapat dilakukan dengan menyediakan Rumah Sakit atau tempat perawatan khusus bagi pasien penderita HIV/AIDS dan dijaga sedemikian rupa sehingga penularan kepada yang sehat dapat dicegah serta melakukan pemantauan secara terus menerus untuk melihat perkembangan masalah AIDS agar masalah AIDS ini dapat ditangani dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar